DARI PECANDU
UNTUK PERSIB
Oleh : Samsul
Anwar*
Ku jual baju celanaku untuk nonton pertandinganmu
Lapar teu paduli, nu penting aing lalajo persib
(Aing
Pendukung Persib, Pas Band)
Prestasi Persib Bandung tahun lalu sepertinya menjadi
yang paling buruk selama Liga di Indonesia berjalan. Diawal Liga 1 tahun 2017,
Persib digadang-gadang menjadi tim yang diunggulkan. Selain didukung oleh
pemain-pemain lokal sangat bagus, Persib juga dihuni pemain-pemia impor yang
sudah terbukti kualitasnya mumpuni. Sebut saja Michael Essien dan Charlton
Cole. Mereka pernah menunjukkan permainan yang sangat menonjol pada saat di
liga Inggris dan beberapa liga di Eropa. Selain itu, dukungan manajemen
profesional dan finansial yang melimpah seharusnya tidak ada masalah. Apalagi
dengan dukungan bobotoh yang tidak
pernah berhenti baik saat kandang maupun tandang.
Pada gelaran Piala Presiden awal tahun ini, prestasi
Persib pun masih belum bagus. Setelah mendatangkan pelatih top dan sudah
terbukti prestasinya di Liga Malaysia dan Asia, bobotoh sangat mengaharapkan
prestasi tersebut dapat diteruskan di Persib Bandung. Namun, harapan tersebut
saat ini masih belum terpenuhi. Persib masih harus berjuang keras lagi. Dengan
rencana kedatangan beberapa pemain lagi yang diyakini memiliki kemampuan diatas
rata-rata, bobotoh kembali menanti Persib yang berprestasi.
PB si Bobotoh Setia
Menarik untuk disimak, ketika berbicara bobotoh persib,
akan ditemukan bukan hanya kaum pria dewasa saja tetapi juga banyak anak-anak,
dan bobotoh perempuan. Dari tukang parkir, anak sekolah sampai pejabat dan
pengusaha banyak yang jadi bobotoh. Mereka rela menyaksikan klub kesayangannya
dengan membeli tiket pertandingan. Tentunya dengan beragam cara. Yang penting lalajo persib.
Salah satu bobotoh yang sering menonton langsung persib
di si jalak harupat adalah PB (18 th). Dia berprofesi sebagai juru parkir di
sebuah mini market di Kota Bandung.
Di tempat dia sehari hari bekerja, ada tiga orang juru parkir yang disepakati
dibagi menjadi 3 shift kerja. Pagi
hari sampai jam 12 siang, shift kedua
sampai jam 5 sore dan terkahir sampai mini
market tutup.
Lapak parkir dimana JB bekerja sebenarnya milik juru
parkir yang tugas pagi sampai siang. Dia biasa dipanggil kang AG. Karena
kasihan kang AG kemudian mengajak FD, jaga malam, FD kemudian mengajak PB.
Setiap hari FB dan PB memberikan sebagian hasil jasa parkiran ke kang AG.
Jumlah nominal yang disetrokan bervariasi tergantung pemasukan hari itu. Tetapi
sekurang-kurangnya 5.000 rupiah siang dan 5.000 rupiah malam hari untuk setiap
harinya.
Menurut PB sekurang-kurangnya dia bisa mendapatkan uang
sebanyak 30.000 rupiah perhari dan kalau sedang rame bisa mendapatkan uang sebanyak 70.000 rupiah. dari uang
tersebut, dia setor kang AG 5.000 sampai 10.000 rupiah, memberi ibunya 10.000,
membiayai adiknya sekolah setiap hari 5.000 rupiah, kadang-kadang disisakan
untuk membantu bayar sewa kontrakan tempat tinggal dan sisanya dia gunakan
sendiri termasuk nabung untuk membeli tiket pertandingan persib. Menabung untuk
membeli tiket tribun selatan pertandingan Persib di si Jalak Harupat. Tiket
seharga 60.000 rupiah melalui sebuah agen.
Dalam perbincangan dengannya, PB mengaku tidak tamat
Sekolah Dasar. Hanya sampai kelas 2. Tidak disebutkan mengapa tidak menamatkan
sekolanya. Meskipun begitu, sebenarnya besar keinginan untuk dapat bersekolah
seperti teman-temannya. Hanya untuk saat ini terbentur masalah usia dan
motivasi yang berbeda.
PB tinggal bersama dengan keluarganya. Keluarga besar.
Dia memilki saudara sebanyak 4 orang. Adiknya yang paling kecil masih sekolah
di SD, adik keduanya sudah tidak sekolah lagi dan kakaknya sudah bekerja di
sebuah toko makanan. Ayahnya sehari-hari bekerja mengumpulkan kayu bekas dalam
gerobak. Wilayah kerjanya tidak beraturan dan tidak memiliki tujuan yang jelas.
Hanya mencoba mencari. Seringkali tidak mendapatkan apa yang dicarinya.
Mereka berenam tinggal dalam sebuah kontrakan sempit,
hanya 3 x 5 meter saja. Seringkali ketika semuanya berada di rumah pada malam
hari, rumah tersbut tidak bisa memuat penghuninya. PB sering tidur di teras
rumah atau di tetangganya. Jauh dari kata nyaman memang, tapi begitulah
kondisinya. Mereka semua harus menerimanya. Entah sampai kapan.
Dalam keluarganya, PB menjadi tulang punggung.
Penghasilan ayahnya yang tidak seberapa dan seringkali tidak menghasilkan uang,
kakaknya yang mendapatkan upah mingguan dan adiknya masih belum bekerja membuat
PB yang satu-satunya memiliki penghasilan harian menjadi harapan keluarga untuk
sekedar bertahan hidup di Kota Bandung dan tetap bisa nonton persib di si Jalak
Harupat.
Terakhir, PB sempat ditahan sat narkoba karena diketahui
menyalahgunakan narkoba. Kemudian diserakan ke BNN Kota Cimhi untuk dilayani
program rehabilitasi. PB bukanlah pengedar, dia hanya menjadi korban. Korban
ajakan temannya. Sesama petugas parkir. Sekarang sedang menjalani rehabilitasi
sosial rawat jalan. Artinya PB hanya diwajibkan datang menemui konselor adiksi
pada waktu tertentu.
Semoga PB cepat pulih, masih bisa bekerja untuk
menyekolahkan adiknya dan membantu keluarga tetap bisa bertahan hidup dan
tentunya masih bisa nonton persib. Persib harus sadar bahwa tidak semua bobotoh
memiliki kemampuan secara finansial untuk mendukung langsung di stadion.
Seperti potongan lirik lagu Aing Pendukung Persib diatas, mereka rela nabung
dan cara lain supaya bisa nonton Persib. Bangkitlah Persib, demi PB, demi
bobotoh lainnya.
*Samsul Anwar
Mahasiswa PhD Universiti Sains Malaysia
Bekerja di BNN Kota
Cimahi